Rabu, 31 Desember 2008


R e f l e k s i - Ku

Ketika aku masuk di Teologi ini dimana dalam mengakhiri tahun 2008 dan memasuki tahun baru 2009, aku memastikan ada tiga sikap hati yang perlu menjadi gaya hidup. Pertama, tidak mengingat-ingat perbuatan baik yang aku lakukan terhadap orang lain. Berikut, tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain kepadaku. Terakhir, tidak melupakan kebaikan orang lain kepadaku. (Filipi 4:8)

Kamis, 18 Desember 2008


Gunungan merupakan salah satu simbol yang digunakan untuk mengkomunikasikan penggambaran tentang kehidupan. Dalam kosmologi jawa dikenal tiga alam dalam kehidupan, alam madya, alam purwa, alam wasana. Dimana kita hidup ini adalah berada pada alam madya, yang memiliki tiga masa yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu kita syukuri dengan mengambil hikmahnya. Masa kini, kita syukuri dengan berpikir, berkata dan berbuat sebaik-baiknya untuk dengan sukacita malaksanakan hal-hal yang kita yakini sebagai pantas, perlu, mampu dan sempat kita lakukan. Misalnya: mengecek ulang blogspot ini, biar setidaknya dapat dijadikan pertimbangan untuk mendapatkan nilai ”A.” Masa depan, kita syukuri dengan menggantungkan optimisme kita setinggi langit, tetapi tentu saja langit yang realistis, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Lalu dengan pengkomunikasian simbol tersebut terkait dengan kehidupan yang didalamnya terdapat masa-masa, yang masih menjadi pertanyaanku masih tetap sama: "kados pundi gesang menika?!"
 

Senin, 01 Desember 2008

"Natal"
Mboten kraos natal badhe dumugi malih. Lajeng pahargyan kados pundi ingkang badhe kita wangun? Ah . . .
Ing batos kula, wangsul dhateng griya menapa mboten nggih?! Wah bingun. Lha pripun mboten bingung, artha mawon mboten cekap. Ing salebeting pandonga kula matur: Dhuh Gusti pangeran, paduka berkahi! Amin.
Sejatosipun kula kangen bilih ningali pahargyan Natal. Luwih-luwih Pahargyan Natal nggangge 'kontekstual jawa' kados-kados 'ngeh' ing batos. Natal menika lak mundhut saking budaya tiyan Barat. Lha menawi nggangge budaya jawi lak pas.

Kamis, 27 November 2008

Suatu kali aku bertanya dalam diriku. Akan kemanakah kubawa hidup ini?
Seorang bijak pernah berkata: Masa depan dimulai dari hari ini. Lalu aku mulai berpikir. Benarkah masa depan dimulai hari ini? Dalam ketidakpercayaanku aku mencoba mencoba meniti masa depan dari sekarang. Namun sampai batas itu aku masih bertanya: bagaimana hidup ini? Hari ini aku mendapatkan sesuatu yang berharga dari pelajaran hidup seorang temanku. Apa itu? "kesenangan sesaat membawa kehancuran masa depan" Meski aku belum tahu kejelasan konseptual dan kejelasan faktualnya namun setidaknya hal tersebut cukup berarti dalam rangka memberikan hal yang berharga. Hidup ukan main-main. Hidup perlu dimaknai. Halangan rintangan perlu dihadapi. Persoalan perlu direnungi. Dengan keyakinan "Sang Ilahi" pasti menaungi. Pilihlah Hidup!

Rabu, 26 November 2008

70 (Pitung Puluh CLub)


Suatu kali tidak sengaja aku diajak oleh sepahaku (baca: sepupuku) ikut jambore nasional pitung puluh di kota Bung Karno dimakamkan. Bali - Balitar atau yang disebut dengan Blitar. Lha, sekarang rencananya akan ada lagi tapi di Yogya. Kayaknya seru . . . Buruan nimbrung!
Refleksiku sih, kalau dilihat mereka kan solid banget gitu loh (padahal hanya sekedar anak jalanan/anak motor). Pertanyaannya adalah kenapa kita yang ngakunya orang-orang beragama, orang berpendidikan sulit untuk solid dan peduli seperti mereka? Oh Tuhan, tolonglah aku untuk mengasihi orang lain . . . Amin